Abstract
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk menggambarkan secara mendalam tantangan yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar negeri yang berada di lingkungan minoritas Muslim di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi selama periode Januari hingga April 2025 pada 14 sekolah dasar di Kecamatan Tiganderket dan Payung. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposif berdasarkan sebaran guru PAI dan aksesibilitas peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 85% guru PAI mengalami keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran, sementara sekitar 78% menyatakan kurangnya dukungan kelembagaan dan minimnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan keagamaan. Selain itu, motivasi belajar siswa Muslim yang berstatus minoritas sering kali rendah akibat tekanan sosial dan keterbatasan lingkungan. Meskipun demikian, guru PAI tetap menunjukkan dedikasi tinggi yang ditunjukkan melalui indikator seperti frekuensi keterlibatan dalam kegiatan keagamaan di luar sekolah (rata-rata 3–4 kegiatan per minggu), komitmen dalam menyusun media pembelajaran alternatif, serta konsistensi membimbing siswa di luar jam pelajaran formal. Mereka juga memainkan peran ganda sebagai pengajar, pembina keagamaan, dan tokoh masyarakat. Strategi adaptif yang diterapkan meliputi pendekatan kontekstual, integrasi nilai Islam dalam kegiatan harian siswa, serta pemanfaatan media sederhana untuk menjangkau keterbatasan sarana. Penelitian ini merekomendasikan perlunya penguatan kapasitas guru melalui pelatihan kontekstual berbasis lingkungan multikultural, penyediaan bahan ajar digital dan kolaboratif, serta peningkatan sinergi antara sekolah, Kementerian Agama, dan komunitas lokal. Dukungan kebijakan yang lebih spesifik dibutuhkan untuk memastikan keberlangsungan pendidikan agama Islam yang bermakna dan relevan di wilayah mayoritas non-Muslim seperti Kabupaten Karo.