Abstract


Penelitian ini menganalisis upaya bertahan hidup lansia terlantar di Kota Bengkulu, yang menghadapi tantangan signifikan dalam aspek ekonomi, kesehatan, dan sosial. Lansia terlantar seringkali tidak memiliki dukungan keluarga atau komunitas, sehingga harus mengandalkan pekerjaan informal seperti mengemis atau memulung, meski penghasilannya sangat terbatas. Bantuan sosial, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), tidak sepenuhnya mencukupi kebutuhan dasar mereka. Kesehatan menjadi hambatan besar, dengan akses yang minimal terhadap layanan medis akibat keterbatasan ekonomi dan kurangnya pendampingan. Secara sosial, sebagian lansia membangun hubungan dengan tetangga sebagai sumber dukungan emosional dan material, namun banyak juga yang mengisolasi diri karena rasa malu. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode wawancara semi-terstruktur dan observasi non-partisipan terhadap tiga informan lansia terlantar di Bengkulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi bertahan hidup mencakup adaptasi yang kreatif, meskipun belum mampu mengatasi keterbatasan yang ada. Kesimpulannya, diperlukan kebijakan yang lebih terintegrasi, seperti pelatihan kerja ringan, program kesehatan berbasis komunitas, dan penguatan solidaritas sosial untuk meningkatkan kesejahteraan lansia terlantar. Penelitian ini memberikan rekomendasi bagi pemerintah untuk menciptakan kebijakan yang lebih inklusif demi mendukung kualitas hidup lansia.

Keywords


Bertahan Hidup, Lansia Terlantar, Upaya