Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena yang terjadi pada mahasiswa yang memberikan penghayatan tidak tepat ketika dihadapkan pada suatu permasalahan. Mereka memberikan penghayatan pada masalahnya dengan cara menyakiti dirinya sendiri (self injury), dan cara ini diyakini mereka dapat memberikan ketenangan sesaat dan mampu membebaskan mereka dari rasa sakit secara psikologis yang dialaminya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kecenderungan self injurypada mahasiswa Bimbingan dan Konseling ditinjau dari dimensi lingkungan, biologis, kognitif, perilaku dan afektif.
Kata Kunci: self injury, mahasiswa, Bimbingan dan Konseling
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Sampel penelitian berjumlah 254 orang mahasiswa Departemen Bimbingan dan Konseling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner kecenderungan self injury yang sudah diuji valid dengan menggunakan rumus Pearson Corelation dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan self injury pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling pada umumnya berada pada kategori rendah yakni dengan hasil rata-rata 92,4 (42,95%), yang terdiri dari 1) Dimensi lingkungan berada pada kategori rendah dengan rata-rata skor 20,22 (44,93%); 2) Dimensi Biologis berada pada kategori rendah dengan rata-rata skor 3,64 (36,41); 3) Dimensi Kognitif berada pada kategori rendah dengan rata-rata skor 17 (43,07%); 4) Dimensi perilaku berada pada kategori rendah dengan rata-rata skor 10 (40,63%); 5) Dimensi afektif berada pada kategori rendah dengan rata-rata skor 41,11 (43,27%). Berdasarkan penelitian ini, layanan Bimbingan dan Konseling yang dapat diberikan untuk menurunkan kecenderungan self injury adalah layanan informasi, layanan konseling individual dan layanan konseling kelompok.Kata Kunci: self injury, mahasiswa, Bimbingan dan Konseling
Keywords
self injury, bimbingan dan konseling, mahasiswa