Mekanisme kekerasan simbolik dalam proses pendidikan formal di kota Palu

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap mekanisme terjadinya kekerasan simbolik pada siswa SD di Kota Palu. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Jumlah informan ditetapkan 8 orang guru dan 40 orang siswa yang tersebar di SDN 6 Palu, SDN 12 Palu, SD Inpres Baru, SD Inpres 1 Kawatuna. Dengan analisis datanya model Miles and Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa mekanisme terjadinya kekerasan simbolik dalam proses pendidikan yaitu melalui modal kuasa simbolik guru yang dipraktikkan melalui gambar-gambar dalam buku cetak dan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas, materi yang dipaparkan secara tekstual tanpa dikembangkan sesuai dengan kondisi latar belakang kelas sosial siswa, tanpa disadari mewakili dominasi kelompok atas untuk mempertahankan posisi dan memperkenalkan hasil-hasil produksinya untuk menunjang standar kehidupan yang lebih baik di dalam kelas sosialnya. Materi pembelajaran dalam dokumen kurikulum merupakan produk kelas sosial atas yang diproduksi melalui penguasa dan guru mempromisikan pengetahuan tersebut sehingga terjadi kekersan simbolik pada siswa kelas sosial bawah. Dapat disimpulkan bahwa mekanisme kekerasan simbolik dalam proses pendidikan terjadi melalui produksi buku-buku pelajaran yang menunjukkan hegemoni kelas ata terhadap kelas bawah dan guru menjadi agen yang menyampaikan kekerasan simbolik tersebut.
References
  1. Amrulloh, Z. (2021). Kuasa Tuan Guru Atas Kepemimpinan Keagamaan: Modal Sosial sebagai Legitimasi Perubahan Sosial di Lombok. Mudabbir, 2(1), 17–36.
  2. Aprilianti, L., & Yulindrasari, H. (2021). Symbolic Violence in Early Childhood Education. Proceedings of the 5th International Conference on Early Childhood Education (ICECE 2020), 538(Icece 2020), 297–301. https://doi.org/10.2991/assehr.k.210322.063
  3. Apriyansyah, D. (2021). Kekerasan Simbolik Dalam Praktek Pendidikan Agama Islam. Jurnal Mubtadiin, 7(1), 159–174. http://journal.unilak.ac.id/index.php/JIEB/article/view/3845%0Ahttp://dspace.uc.ac.id/handle/123456789/1288
  4. Arifin, M. Z. (2019). Modus Dominasi Pada Habitus Masyarakat Nadoman. Pantun: Jurnal Ilmiah Seni Budaya, 4(1), 25–35.
  5. Bourdieu, P. (2009). Praktik Pemikiran Pierre Bourdieu (R. K. Harker, C. Mahar, C. Wilkes, S. Rahmana, & P. Maizier (eds.)). Jalasutra.
  6. Bourdieu, P. (2014). Menyikap Kuasa Simbol (F. Fashri (ed.)). Jalasutra.
  7. Bujorean, E. (2014). Violence Pertaining to Educational Institutions. Arguments for Formative Programs for Teachers in Universities. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 142, 633–639. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.07.678
  8. Creswell, J. W. (2015). Educational Research : planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative (3rd ed.). Pearson.
  9. Fachruddin, F. (2018). Kekerasan Simbolik di Sekolah. Sukma: Jurnal Pendidikan, 2(2), 311–327. https://doi.org/10.32533/02208.2018
  10. Fadhilah, A. N., & Munjin. (2022). Kekerasan dalam Pendidikan di Sekolah: Bentuk, Sebab, Dampak, dan Solusi. Jurnal Kependidikan, 10(2), 325–344. https://doi.org/10.24090/jk.v10i2.8209
  11. Fahham, A. M. (2024). Kekerasan Pada Anak Di Satuan Pendidikan. In DPR RI Bidang Kesra Komisi VIII. https://pusaka.dpr.go.id
  12. Faridah, S. N., & Sadewo, F. X. S. (2018). Kekerasan Simbolik Di Sekolah (Studi Kasus di SD Negeri Pucango Kecamatan Kali Tengah Kabupaten Lamongan). Paradigma, 6(2), 1–5. http://link.springer.com/10.1007/978-3-319-59379-1%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-420070-8.00002-7
  13. Fatmawati, N. I. (2020). Pierre Bourdieu Dan Konsep Dasar Kekerasan Simbolik. Madani Jurnal Politik Dan Sosial Kemasyarakatan, 12(1), 41–60. https://doi.org/10.52166/madani.v12i1.1899
  14. Foucault, M. (2017). Power/Knowledge, Wacana/Pengetahuan: Terjemahan Yudi Santoso. Pustaka Promethean.
  15. Gremsci, A. (2017). Sejarah dan Budaya. PT. Buku Seru.
  16. Haerussaleh, H., & Huda, N. (2021). Modal Sosial, Kultural, Dan Simbolik Sebagai Representasi Pelanggengan Kekuasaan Dalam Novel the President Karya Mohammad Sobary (Kajian Pierre Bourdiue). Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Metalingua, 6(1), 19–28. https://doi.org/10.21107/metalingua.v6i1.10032
  17. Hamzah, & Ningsih, K. (2015). Praktek Kekuasaan dan Dominasi Guru Di Dalam Kelas Ditinjau dari Struktur Wacana Pedagogik Pembelajaran Bahasa Inggris. Lingua Didaktika, 9(1), 18–29.
  18. Ilham, A. A. (2022). Analisis Kasus Kekerasan terhadap Anak dan Kebijakan Pencegahannya di Kabupaten Kulonprogo. Jurnal Spektrum Analisis Kebijakan Pendidikan, 11(4), 86–102.
  19. Jadi, M. (2021). Kekerasan Terhadap Perempuan: Pemicu Dan Alternatif Penanganan. Afiasi : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2), 110–126. https://doi.org/10.31943/afiasi.v6i2.161
  20. Kurniawati, K. R. A., Budiyono, B., & Saputro, D. R. S. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Numbered Heads Together Ditinjau Dari Kecerdasan Interpersonal Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal Pendidikan Matematika, 11(1), 15–27. https://doi.org/10.22342/jpm.11.1.3948.15-28
  21. Listiani, W., Ahimsa-Putra, H. S., Simatupang, G. L. L., & Piliang, Y. A. (2013). Struktur Modal Pierre Bourdieu pada Pelaku Kreatif Grafis Fashion Bandung. ATRAT: Jurnal Seni Rupa , 1(1), 76–89. https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/atrat/article/download/404/350
  22. Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldaña, J. (2014). Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook (3rd ed.). Sage Publications, Inc.
  23. Nugroho, A. (2019). Teori Habitus Pierre Bourdieau. Academia.Edu. https://www.academia.edu/33077741/Teori_Sosiologi_Pierre_Bourdieu
  24. Perempuan, K. (2023). Catatan Tahunan Komnas Perempuan Tahun 2023 Kekerasam Terhadap Pere,puan di Ranah Publik dan Negara: Minimnya perlindungan dan Pemulihan. In Komnas HAM.
  25. Pramono, W., & Dwiyanti Hanandini. (2022). Tindak Kekerasan Terhadap Anak Di Sekolah: Bentuk dan Aktor Pelaku. Jurnal Administrasi Publik Dan Pemerintahan, 1(1), 1–12. https://doi.org/10.55850/simbol.v1i1.6
  26. Puspita, F., & Almawangir, F. H. M. (2020). Peran Habitus dalam Pembentukan Kapital Intelektual Peserta Didik di Madrasah. IJIP : Indonesian Journal of Islamic Psychology, 1(2), 170–185. https://doi.org/10.18326/ijip.v1i2.170-185
  27. Putri, R. O. (2020). Kekerasan Simbolik (Studi Relasi Pendidik Dan Peserta Didik). FITRAH:Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 5(1), 55–82. https://doi.org/10.24952/fitrah.v5i1.1332
  28. Reresi, M., Rahawarin, B. A., & Ngoranubun, W. (2023). Telaah Kritis Kekerasan Simbolik antara Guru dan Peserta Didik di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Moral Kemasyarakatan, 8(2), 156–167. https://doi.org/10.21067/jmk.v8i2.8177
  29. Siswadi, G. A. (2024). Reproduksi Kekuasaan Melalui Kekerasan Simbolik Dalam Sistem Pendidikan: Analisis Kritis Pemikiran Pierre Bourdieu. Widya Aksara: Jurnal Agama Hindu, 29(1), 21–31. https://doi.org/10.54714/widyaaksara.v29i1.255
  30. Strauss, A., & Corbin, J. (2017). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Pustaka Pelajar.
  31. Sugiyatno. (2010). Kekerasan Di Sekolah Bagian Masalah Pendidikan Sosial- Emosional. Paradigma: Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Konseling, 09, 29–42.
  32. Syafiuddin, A. (2018). Pengaruh Kekuasaan Atas Pengetahuan (Memahami Teori Relasi Kuasa Michel Foucault). Refleksi Jurnal Filsafat Dan Pemikiran Islam, 18(2), 141–155. https://doi.org/10.14421/ref.v18i2.1863
  33. Thapar-Björkert, S., Samelius, L., & Sanghera, G. S. (2016). Exploring symbolic violence in the everyday: Misrecognition, condescension, consent and complicity. Feminist Review, 112(1), 144–162. https://doi.org/10.1057/fr.2015.53
  34. Umanailo, M. C. B. (2018). Mengurai Kekerasan Simbolik Di Sekolah: Sebuah Pemikiran Pierre Bourdiue Tentang Habitus Dalam Pendidikan. In Universitasa Iqra Buru (Issue March). https://doi.org/10.13140/RG.2.2.24809.80483
  35. Wiegmann, W. L. (2017). Habitus, symbolic violence, and reflexivity: Applying bourdieu’s theories to social work. Journal of Sociology and Social Welfare, 44(4), 95–116. https://doi.org/10.15453/0191-5096.3815