Penggunaan Play Therapy dalam Mengurangi Rasa Trauma Anak yang Mengalami Kekerasan Seksual
-
Published: July 21, 2019
-
Page: 48-55
Abstract
Permasalahan ini dilatarbelakangi oleh banyak terjadi kasus kekerasan seksual yang bukan hanya terjadi kepada orang dewasa, akan tetapi saat sekarang ini kasus kekerasa seksual juga terjadi pada anak-anak yang masih dibawah umur, dimana pelaku kejahatan dari kekerasan seksual tersebut adalah orang dewasa bahkan bisa jadi orang terdekat mereka yang mereka anggap sebagai pelindung bagi mereka. Kekerasa seksual yang mereka dapatkan dilakukan oleh pelaku dari kekerasan seksual dengan cara memberikan iming-iming kepada anak tersebut dengan membelikannya permen atau es cream sehingga anak tersebut mengikuti kemauan dari pelaku kekerasan seksual, pelaku kekeresan seksual pada anak-anak lebih dikenal dengan tindakan atau penyakit yang disebut ‘’Pedofil’’ dimana pelaku pedofilia ini lebih menyukai anak-anak dalam meluapkan hawa nafsu seksual nya ketimbang kepada orang dewasa. Anak-anak yang mengalami kekerasa seksual mereka akan mengalami rasa takut atau trauma yang amat mendalam baik luka atau trauma yang ditinggalkan melalui fisik atau berupa luka pada bagian tubuh mereka yang menjadi obsek kepuasaan seksual atau trauma (luka) pada bagian psikologis mereka berupa rasa takut dan tidak percaya kepada siapapun atau pun rasa yang mereka sendiri sebagai anak-anak tidak mengerti apa yang telah terjadi pada diri mereka, sehingga kejadian yang mereka alami yaitu kekerasan seksual yang mereka dapatkan akan menganggu fikiran mereka, anak-anak akan rentan lebih lama mengingat kejadian tersebut, sehingga dalam hal ini teknik play therapy (Terapi bermain) dalam play therapy kegiatan utama yang dilakukan adalah bermain, maka dari itu diharapkan dalam penggunaan play therapy anak-anak yang mengalami kejadian kekerasan seksual dapat kembali ke dunianya yaitu bermain dan dapat melupakan kejadian kekerasan seksual yang mereka rasakan, anak-anak kembali dalam kegiatannya bermain dan kembali lagi percaya kepada lingkungan mereka yang dapat menjaga mereka dari kejadian yang menyakitkan.
- Alhadi, S. (2016). PLAY THERAPY: SEBUAH INOVASI LAYANAN KONSELING BAGI ANAK USIA DINI. Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education), 3(3), 52–57.
- Aqib, Z. (2014). PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU UNTUK MENGENTASKAN MASALAH SISWA DENGAN TEKNIK ASSOSIASI BEBAS DAN PLAY THERAPY DALAM KONSELING KELOMPOK DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BERBEK KAB. NGANJUK. WAHANA, 62(1).
- Fauzi’ah, S. (2016). Faktor penyebab pelecehan seksual terhadap anak. An-Nisa’, IX, 2, 81–101.
- Hatiningsih, N. (2013). Play therapy untuk meningkatkan konsentrasi pada anak attention deficit hyperactive disorder (ADHD). Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(2), 324–342.
- Indrawati, S. A., Mamesah, M., & Putri, A. P. (2018). Penerapan Cognitive Behavioral Play Therapy untuk Anger Expression pada Anak. INSIGHT: Jurnal Bimbingan Konseling, 7(1), 9–23.
- Mashar, R. A. (2011). Play Therapy Dalam Kelompok Guna Meningkatkan Emosi Positif Anak Usia Dini. Makalah diisampaikan dalam Seminar dan Workshop Internasional di Universitas ….
- Maslihah, S. (2013). Play therapy dalam identifikasi kasus kekerasan seksual terhadap anak. Jurnal Penelitian Psikologi, 4(1).
- Sholihat, I., & Nasrullah, D. D. (2018). Konseling pada anak korban bencana alam: play therapy perspektif. In Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Jambore Konseling 3. Ikatan Konselor Indonesia (IKI).
- Zakki, N. A. dan E. P. (2017). Play Therapy Art Expression Media Menggambar Untuk Mengurangi Stress Anak Jalanan Korban Pelecehan Seksual. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam.
- Zellawati, A. (2011). Terapi bermain untuk mengatasi permasalahan pada anak. Majalah Ilmiah Informatika, 2(3)