Peran Konselor dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Disabilitas Fisik

Abstract

Disabilitas fisik adalah gangguan, keterbatasan fisik dan aktivitas individu yang mengalami kerusakan dan kelemahan pada bagian fisiknya serta dapat menghambat individu dalam berpartisipasi di masyarakat. Siswa disabilitas fisik memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah sehingga membuatnya menarik diri dari lingkungan. Selain itu, kurangnya rasa percaya diri bagi siswa disabilitas mengakibatkan siswa terlalu menutup diri dengan orang lain, jarang berinteraksi dan sulit untuk mengaplikasikan kemampuannya. Hal ini menunjukan perlu adanya upaya guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor untuk melakukan pengembangan pada praktik pelayanan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kualitas atau potensi siswa disabilitas fisik dalam meningkatkan kepercayaan dirinya dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri siswa disabilitas fisih sehingga munculnya rasa tidak percaya diri yang membuatnya menarik diri dari lingkungan.
Keywords
  • kepercayaan diri
  • siswa disabilitas fisik dan peran konselor
References
  1. Batchelor, Phill. 1994. Cinta adalah Perbuatan. Yogyakarta: Kanisius.
  2. Bremer, S. N. 1993. Esai Untuk Memotivasi Diri. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
  3. Enung, Fatimah. 2006. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: Pustaka Setia.
  4. Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.
  5. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Ke empat, (Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Jakarta: Gramedia.
  6. Peter, Coleridge. 2007. Pembebasan dan Pembangunan, Perjuangan Penyandang Cacat di Negara-Negara Berkembang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  7. Prayitno, dkk. 1997. Seri pemandu bimbingan dan konseling disekolah buku II, sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Padang: BK FIP UNP.
  8. Prayitno. 2012. Seri panduan layanan dan kegiatan pendukung konseling. Padang : BK FIP UNP.
  9. Reefani, Nur Kholis. 2013. Panduan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Imperium.
  10. Riyadi, Eko dkk. 2012. Vulnerable Groups: Kajian dan Mekanisme Perlindungannya. Yogyakarta: PUSHAM UII.
  11. Santrock, J.W. 2003. Adolescene: Perkembangan Remaja. Alih bahasa: Shinto B. Adelar, dkk. Jakarta: Erlangga.
  12. Sukardi, Dewa Ketut dan Desak nila kusmawati. 2008. Proses dan bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
  13. Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Jakarta: Rineka cipta.
  14. Adi, K. J. (2013). Esensial Konseling: Pendekatan Traint and Factor dan Client Centered. PenerbitGarudhawaca.
  15. Adywibowo, I. P. (2010). Memperkuat kepercayaan diri anak melalui percakapan referensial. Jurnal Pendidikan Penabur, 15(9), 37–49.
  16. Afiatin, T., & Martaniah, S. M. (1998). Peningkatan kepercayaan diri remaja melalui konseling kelompok. Psikologika: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, 3(6), 66–79.
  17. Agustin, H. P. (2017). KUALITAS PELAYANAN BAGI PEMUSTAKA DISABILITAS NETRA DI BRAILLE CORNER PERPUSTAKAAN UMUM KOTA MALANG. Universitas Airlangga.
  18. Ahmadi, A., & Rohani, A. (1991). Bimbingan dan konseling di sekolah. PT Rineka Cipta.
  19. Al-Shidiq, B. (n.d.). Evaluasi pelaksanaan layanan klasikal bimbingan konseling terkait perilaku perundungan (bullying) pada siswa di smpn 9 cimahi tahun 2016. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2017.
  20. Awwad, M. (2015). Urgensi Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Al-Tazkiah: Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam, 4(1), 46–64.
  21. Aziz, S. (2014). Pendidikan seks bagi anak berkebutuhan khusus. Jurnal Kependidikan, 2(2), 182–204.
  22. BK, B. S. U. G., & HAFID, D. H. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.
  23. Budiati, A. C. (2010). Aktualisasi diri perempuan dalam sistem budaya Jawa (Persepsi perempuan terhadap nilai-nilai budaya Jawa dalam mengaktualisasikan diri). Pamator Journal, 3(1), 51–59.
  24. CAHYANI, J. D. W. I. (2016). UPAYA DISABILITAS DALAM EKSISTENSI SOSIAL SEBAGAI SUBJEK (SELF)(Studi Pada Himpunan Disabilitas Kabupaten Bojonegoro). University of Muhammadiyah Malang.
  25. Farida, N. I. (2014). Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Remaja Putri yang Mengalami Pubertas Awal Melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Role Playing di Kelas VII SMP N 13 Semarang Tahun Ajaran 2013/2014. Universitas Negeri Semarang.
  26. Fitri, E., Ifdil, I., & Neviyarni, S. (2016). Efektivitas layanan informasi dengan menggunakan metode blended learning untuk meningkatkan motivasi belajar. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan Konseling, 2(2), 84–92.
  27. Janah, N. (2017). PENERIMAAN DIRI ANAK CEREBRAL PALSY (STUDI KASUS PENERIMAAN DIRI ANAK CEREBRAL PALSY YANG DISEBABKAN PENYAKIT TOKSOPLASMOSIS). Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan Dan Konseling, 3(2), 188–200.
  28. Kushartanti, A. (2009). Perilaku menyontek ditinjau dari kepercayaan diri. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, 11(2).
  29. Kusumawardani, M. S., & Laksmiwati, H. (2018). GAMBARAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA TUNARUNGU DI SLB SE-SURABAYA. Character: Jurnal Penelitian Psikologi., 5(1).
  30. Luddin, A. B. M. (2010). Dasar Dasar Konseling. Perdana Publishing.
  31. Lumongga, D. R. N. (2014). Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Kencana.
  32. Muarifah, A. (2012). Hubungan kecemasan dan agresivitas. Humanitas: Indonesian Psychological Journal, 2(2), 102–112.
  33. Mulyani, D. (2013). Hubungan kesiapan belajar siswa dengan prestasi belajar. Konselor, 2(1).
  34. Ningsih, E. R. (2014). MAINSTREAMING ISU DISABILITAS DI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PENELITIAN MAUPUN PENGABDIAN MASYARAKAT DI STAIN KUDUS. Jurnal Penelitian, 8(1), 71–92.
  35. Probosiwi, R. (2013). Keterlibatan penyandang disabilitas dalam penanggulangan bencana. Jurnal Penanggulangan Bencana, 4(2), 5–12.
  36. Purnamaningsih, E. H. (2003). Kepercayaan diri dan kecemasan komunikasi interpersonal pada mahasiswa. Jurnal Psikologi, 30(2), 67–71.
  37. Purnaningtyas, A. A. (2013). Penerimaan Diri Pada Laki-laki Dewasa Penyandang Disabilitas Fisik Karena Kecelakaan. EMPATHY Jurnal Fakultas Psikologi, 2(1).
  38. Putri, G. G. R., Sutijono, H., & Konseling, M. M. B. (2013). Penerapan Bimbingan Kelompok Teknik Homeroom untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Bahaya Seks Bebas. Journal Mahasiswa Bimbingan Konseling, 1(1).
  39. Ratnasari, Y., & Salain, M. S. P. D. (n.d.). PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DISABILITAS TERHADAP HAK MEMPEROLEH PEKERJAAN.
  40. Rifki, M. (2008). Pengaruh rasa percaya diri terhadap prestasi belajar siswa di SMA Islam Almaarif Singosari Malang. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
  41. Rohayati, I. (2011). Program Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa. Jurnal UPI, Edisi Khusus, (1).
  42. Silvyana, F. (2018). Striving for superiority pada remaja penyandang disabilitas fisik. UIN Sunan Ampel Surabaya.
  43. Sudarsana, I. K. (2016). Pemikiran tokoh pendidikan dalam buku lifelong learning: policies, practices, and programs (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia). Jurnal Penjaminan Mutu, 2(2), 44–53.
  44. Surya, H. (2007). Percaya Diri Itu Penting. Elex Media Komputindo.
  45. TUBUH, M., & KASIM, S. S. (n.d.). ASPEK PSIKOSOSIAL REMAJA DENGAN DISABILITAS FISIK.
  46. Virlia, S., & Wijaya, A. (2015). Penerimaan Diri pada Penyandang Tunadaksa. In Seminar Psikologi dan Kemanusiaan Pscyhology Forum UMM (pp. 372–377).
  47. Wahyuni, R. P. (2016). Rancangan Intervensi Self Efficacy Pada Remaja Penyandang Disabilitas Daksa Studi Mengenai Self Efficacy Dalam Konteks Vokasional Pada Remaja Penyandang Disabilitas Daksa Bawaan Yang Mengikuti Pelatihan Keterampilan. Abstrak.
  48. Winasti, M. (2013). Motivasi Berwirausaha Pada Penyandang Disabilitas Fisik. EMPATHY Jurnal Fakultas Psikologi, 1(1).