Analisis self-diagnosis remaja dan implikasinya dalam komunikasi interpersonal terhadap orang tua

Abstract

Self-diagnosis yaitu fenomena dimana seseorang mendiagnosis diri sendiri berdasarkan pengetahuannya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan dalam keluarga yang disebabkan oleh self-diagnosis. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu penelitian secara langsung ke lapangan dengan teknik wawancara langsung kepada para informan penelitian. Subjek penelitian terdiri dari 4 orang yaitu remaja akhir dan orang tua remaja yang melakukan self-diagnosis. Penelitian dilakukan di Desa Bagan Asahan Pekan. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis domain yang dilakukan mulai dari mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa self-diagnosis menyebabkan kesulitan dalam pertukaran informasi, yang disebabkan oleh keterbatasan pembicaraan terbuka, kesulitan penyesuaian diri, dan tekenan emosional dengan remaja yang mencari dukungan dan pemahaman, sementara orang tua menanggapi dengan beragam perasaan, termasuk kebingungan atau kekhawatiran akan ketidakpastian keakuratan dari self-diagnosis. Akibatnya self-diagnosis menyebabkan ketegangan dan kesulitan dalam komunikasi antara orang tua dan remaja, yang memerlukan upaya bersama untuk meningkatkan keterbukaan dan pemahaman antar anggota keluarga. Temuan ini memberikan wawasan tentang interaksi keluarga yang berkaitan dengan kesehatan mental remaja dan menekankan betapa pentingnya komunikasi interpersonal yang lebih baik untuk mendukung kesejahteraan mental dan memperkuat hubungan keluarga.
References
  1. Aaiz Ahmed, & Stephen S. (2017). Self-Diagnosis in Psychology Students. International Journal of Indian Psychology, 4(2). https://doi.org/10.25215/0402.035
  2. Adisa, M. P., Larasati, T. A., Nafisah, A., Kedokteran, F., Lampung, U., Program, D., Pendidikan, S., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2024). Mekanisme Koping dan Dukungan Keluarga untuk Mencegah Depresi Pada Anak Coping Mechanisms and Family Support to Prevent Depression in Children. 14, 495–500.
  3. Aesthetika, N. M. (2018). 1 | K o m u n i k a s i Interpersonal. Komunikasi Interpersonal, 106. 211-Article Text-5458-1-10-20210824
  4. Akbar, M. (2019). Analisis Pasien Self-Diagnosis Berdasarkan Internet pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. In INA-Rxiv.
  5. Albab Annury, U., Yuliana, F., Aufara Zuhra Suhadi, V., Sekar Ayu Karlina, C., Studi Ilmu Komunikasi, P., & Ilmu Sosial, J. (2022). Dampak Self Diagnose Pada Kondisi Mental Health Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya. Prosiding Seminar Nasional Ilmu Sosial (SNIIS), 481, 481–486.
  6. Amanda Audrey Affandi, K. S. D. (2023). Resiko Penurunan Kondisi Kesehatan Mental pada Remaja Pengguna Media Sosial yang Melakukan Self-diagnose. In Oxford English Dictionary. https://doi.org/10.1093/oed/1693011232
  7. Azedarach, M. R., & Ariana, A. D. (2022). Hubungan Literasi Kesehatan Mental dengan Intensi Mencari Bantuan pada Mahasiswa. Buletin Riset Psikologi Dan Kesehatan Mental (BRPKM), 2(1), 640–651. https://doi.org/10.20473/brpkm.v2i1.36578
  8. Azhari, M. A. (2021). Dukungan Sosial bagi Penderita Disfungsional untuk Penguatan Kesehatan Mental: Studi Syarah Hadis dengan Pendekatan Psikologi Islam. Jurnal Riset Agama, 1(2), 308–322. https://doi.org/10.15575/jra.v1i2.14569
  9. Komala, C., Faozi, A., Rahmat, D. Y., & Sopiah, P. (2023). Hubungan literasi kesehatan mental dengan trend self-diagnosis pada remaja akhir. Holistik Jurnal Kesehatan, 17(3), 206–213. https://doi.org/10.33024/hjk.v17i3.10125
  10. Lestary, Y. D., Purwoko, B., Zulfikar, H., & Nafisah, K. (2024). Unraveling the dangers of mental health self-diagnosis: a study on the phenomenon of adolescent self-diagnosis in junior high schools. 11(1), 31–38.
  11. Maskanah, I. (2022). Fenomena Self-Diagnosis di Era Pandemi COVID-19 dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental The Phenomenon of Self-Diagnosis in the Era of the COVID-19 Pandemic and Its Impact on Mental Health. JoPS: Journal of Psychological Students, 1(1), 1–10. https://doi.org/10.15575/jops.v1i1.17467
  12. Rawis, D., & Sitorus, F. K. (2023). Era Post-truth dan Perilaku Self-diagnosis. Jurnal Ilmu Komunikasi Dan Media Sosial (JKOMDIS), 3(3), 895–898. https://doi.org/10.47233/jkomdis.v3i3.1309
  13. Rilantinawati, V., Siahaan, P., & Purwana, U. (2020). Self Diagnosis Sebagai Upaya Untuk Mendukung Pemahaman Konsep Peserta Didik Kelas X Pada Materi Momentum Dan Impuls. WaPFi (Wahana Pendidikan Fisika), 5(2), 6–15. https://doi.org/10.17509/wapfi.v5i2.25687
  14. Rokom. (2021). Kemenkes Beberkan Masalah Permasalahan Kesehatan Jiwa di Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211007/1338675/kemenkes-beberkan-masalah-permasalahan-kesehatan-jiwa-di-indonesia/
  15. Sheila, A., Arifan, P., & Shabrina, A. (2023). Peran Komunikasi Antarpribadi Ibu dan Anak dalam Perkembangan Emosional Remaja Broken Home Berdomisili di Bandung The Role of Mother and Child Interpersonal Communication in the Emotional Development of Broken Home Adolescents Domiciled in Bandung. 10(6), 4592–4598.
  16. Sukmawati, D., Yusuf, S., & Nadhirah, N. (2023). The Phenomenon of Self-Diagnosis of Mental Health in The Era of Mental Health Literacy. Journal of Education and Counseling (JECO), 4(1), 48–63. https://doi.org/10.32627/jeco.vi.902
  17. Tulandi, E. V. (2021). Strategi Komunikasi Akun Instagram UbahStigma Dalam Meningkatkan Kesadaran Mengenai Kesehatan Mental. Jurnal Petik, 7(2), 136–143. https://doi.org/10.31980/jpetik.v7i2.1196
  18. Yusuf, S. (2018). Kesehatan Mental, Perspektif Psikologis dan Agama (E. Kuswandi (ed.)). PT. Remaja Rosdakarya.