Peran Teknik Desensitisasi untuk Korban Bullying

Riri Sri Yana (1), Yeni Karneli (2),
(1)   Indonesia
(2) Universitas Negeri Padang  Indonesia

Corresponding Author
Copyright (c) 2021 Riri Sri Yana

DOI : https://doi.org/10.23916/08784011

Full Text:    Language : id

Abstract


Permasalahan yang banyak terjadi di  kalangan remaja ataupun dewasa yaitu bullying. Bullying merupakan suatu perilaku yang bisa membuat korban menjadi tidak percaya diri, minder ataupun bisa membuat korban merasa terasingkan. Bullying tidak bisa dikataakan suatu permasalahan yang remeh, karena bullying bisa menimbulkan dampak jangkaa panjang. Tulisan ini akan mengkaji leibih dalam tentang peran teknik desensitisasi untuk korban bullying. Teknik disensitisasi merupakan suatu teknik yang membawa klien untuk mengurangi respon emosional yang menakutkan, menegangkan ataupun pengalaman yang membuat  klien menjadi merasa tidak diinginkan. Pendekatan desensitisasi dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku melalui perpaduan beberapa teknik yang terdiri dari memikirkan sesuatu, menenangkan diri dan membayangkan sesuatu. Dalam hal ini, konselor berusaha memberikan “stimulus” bagi klien untuk menanggulangi ketakutan ataupun kebimbangan yang mendalam dalam suasana tertentu. Konselor melakukan teknik ini dengan memanfaatkan ketenangan jasmaniah klien untuk melawan ketegangan jasmaniah yang timbul bila klien berada pada suasana yang menakutkan atau menegangkan.


Keywords


Teknik desensitisasi, Bullying, Korban bullying

References


Achroni, Keen. (2012). Ternyata Selalu Mengalah Itu Tidak Baik. Yogyakarta: Javalitera.

Ayres, J. C., Mundt, J. O., and Sandine, W. E. (1993).Microbiology of Foods. W. H. Freeman and Company, San Fransisco.

Arruhul Jaddid. (2011). Desensitisasi Sistematik. http://isnabkum.blogspot.com/20110101archive.html Diunduh tanggal 18 Februari 2021, pukul 11.42 WIB.

Coloroso, Barbara. (2011). The Bully, The Bullied, and The Bystander. Colling Living.

Listyo Yuwono dan Christine Santoso. (2008). Multiple Baseline Design Across

Materials Behavior-Examiners: Penerapan untuk Kasus Blood Phobia.Anima

Indonesian Psychological Journal 2008, Volume 23. No. 3, 248-255. Universitas

Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Musbikin, Imam. (2012). Mengatasi Anak Mogok Sekolah + Malas Belajar. Jakarta: Laksana.

Mochamad Nursalim. (2005). Kombinasi Cognitive Restructuring dan Systimatic Desensitization untuk Menangani Kecemasan Siswa SLTP Di Kota Surabaya. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 6 No. 1, 2005: 1 – 60.

Narwastu, Vitria (2011). Perancangan Komunikasi Visual Kampanye Sosial Stop Bullying! untuk Anak-Anak Usia Sekolah Dasar (SD) di Wilayah Sragen. Solo:Karya Tugas Akhir Universitas Negeri Sebelas Maret.

Nelson, Richard dan Jones. (2005). Pratical Counseling and Helping Skills Fifth Edition. London : Sage Publications.

Soli Abimanyu dan M. Thayeb Manrihu. (1996).Tehnik dan Laboratorium Konseling. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Olweus, Dan. (2002). Bullying at School: What We Know, What We Can Do. Massachusets: Blackwell Publisher.

Priyatna, Andri. (2010). Let’s End Bullying.Jakarta: PT Gramedia.

Willis, Sofyan S. (2004). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta.


Article Metrics

 Abstract Views : 510 times
 PDF (Bahasa Indonesia) Downloaded : 0 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.